TANJUNGBALAI, BENTENGASAHAN.com– Walikota Tanjungbalai HM Syahrial dihadapkan pada dua pilihan. Antara mempertahankan Balai Di Ujung Tanjung atau membiarkan aktivitas tambang pasir yang menggiurkan itu. Dua-duanya penting dan sama-sama mengandung resiko.
Jika tambang pasir dibiarkan beraktivitas, maka akan berdampak pada orang-orang yang selama ini menggantungkan hidupnya dari menambang pasir. Termasuk pengusaha yang kadung menanamkan modal tidak sedikit untuk mendatangkan mesin dompeng penyedot pasir dari Pantai Amor itu. Juga kepada pemilik alat berat berupa beko dan juga pemilik dump truk yang selama ini beroperasi di sekitaran Balai Di Ujung Tanjung.
Tapi di sisi lain, aktivitas tambang ini juga mengancam keberadaan Balai Di Ujung Tanjung tersebut. Sebab jika terus menerus dibiarkan, bukan tidak mungkin Kota Tanjungbalai akan kehilangan gedung bersejarah miliknya.
Tentu hal inilah yang mendasari kenapa Nursyahruddin SE, Ketua LSM Merdeka Kota Tanjungbalai, bersuara keras agar aktivitas tambang galian C ini segera dihentikan. Nursyahruddin tak ingin warga Kota Tanjungbalai kehilangan gedung bersejarah miliknya.
“Balai Di Ujung Tanjung ini merupakan cikal bakal berdirinya Kota Tanjungbalai. Kalau tambang ini dibiarkan, bisa ambruk gedung ini,” kata Nursyahruddin kepada BENTENGASAHAN.com, Minggu (29/7/2018), di lokasi tambang galian C.
Dari pantauan Nursyahruddin di lokasi, tanah dan pasir yang ada di bawah bangunan telah tergerus ke sungai. Akibatnya kini meninggalkan lubang yang cukup besar di lahan tempat berdirinya Balai Di Ujung Tanjung.
“Ini Pemko Tanjungbalai harus segera menghentikan aktivitas galian C itu, jangan sampai Balai Di Ujung Tanjung ambruk!” tegas Nursyahruddin.
Kekhawatiran serupa juga diungkapkan Jaringan Sihotang, Koordinator Daerah Indonesian Corruption Watch (ICW) Kota Tanjungbalai. Jaringan yakin, sebagai aset milik pemerintah, maka Pemko Tanjungbalai melalui APBD-nya setiap tahun pasti mengalokasikan anggaran yang nilainya tidak sedikit untuk pemeliharaan dan perawatan bangunan Balai Di Ujung Tanjung tersebut.
“Jadi, perlu dipertanyakan itu realisasi pengelolaan anggaran pemeliharaan dan perawatannya, karena kondisi bangunan gedung Balai Di Ujung Tanjung sekarang ini sudah terancam ambruk?” cetusnya.
Warga di kawasan Reklamasi Pantai Sungai Asahan, Kelurahan Indrasakti, Kecamatan Tanjungbalai Selatan, Kota Tanjungbalai, yang ikut mendampingi Nursyahruddin dan Jaringan di lokasi mengungkapkan jika Walikota Tanjungbalai HM Syahrial sebenarnya sering datang ke lokasi.
“Sering kok bapak itu (walikota, red) ke mari, tapi kenapa tidak ditegurnya? Itu maka kami heran,” ucap warga yang tak bersedia namanya disebut itu.
Amatan BENTENGASAHAN.com, aktivitas tambang galian C di sekitar Balai Di Ujung Tanjung berlangsung massif. Oleh pengelola tambang, mesin dompeng digunakan untuk menyedot pasir dari dasar sungai. Kemudian alat berat seperti beko dipakai untuk bermuat pasir ke dump truk-dump truk yang mengantre di lokasi tambang.